Belakangan kita terus dihadapkan dengan keadaan di mana umat muslim di Indonesia semakin terpolarisasi, menjadi berkubu-kubu dan saling curiga. Antar golongan saling mencaci dan saling membenci. Bahkan di momen Idulfitri yang seharusnya dirayakan dengan penuh kesyahduan, umat Islam di Indonesia masih juga harus dihadapkan dengan masalah yang sama. Ketika Kyai Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) berkunjung ke Jerusalem memenuhi undangan Israel sebagai salah satu pembicara dalam forum American Jewish Commite (AJC). Kunjungan yang menurut beliau adalah bentuk diplomasi memperjuangkan kemerdekaan Palestina, tidak lepas dari pro kontra. Tidak sedikit publik di negeri ini yang marah atas apa yang telah dilakukan Gus Yahya, banyak pihak menunjukan ketidaksetujuannya, bahkan Fatah Palestina yang selama ini dinilai lebih "toleran" dibanding Hamas pun ikut mengecam. Akhirnya banyak sekali kecaman sampai cacian yang dialamatkan ke Gus Yahya, dan ini pada akhirnya mempengaruhi citra NU sebagai organisasi tempat Gus Yahya berada. Kejadian ini semakin menambah daftar alasan bagi publik yang tidak suka dengan NU setelah kejadian-kejadian sebelumnya yang juga diasosiasikan dengan NU.
Perdebatan dengan NU
Dahulu sering ada perdebatan di kampung-kampung bahkan di kota antara penganut NU dengan Muhammadiyah dalam tema seperti qunut saat subuh atau jumlah rakaat tarawih. Tapi kini perdebatan semacam itu sudah hampir tidak ada, karena memang para ustadz, kyai dan para dai di masyarakat sudah semakin sukses menjelaskan dengan kepada umat bahwa perbedaan di atas bukanlah masalah besar sehingga kini umat semakin dewasa. Namun, ternyata perdebatan dengan NU kini menjalar ke dunia maya. Dan bukan dengan muhammadiyah melainkan kelompok lain, dengan tema lain pula. Perdebatan ini tidak lepas dengan kebijakan NU yang akhir-akhir ini dinilai banyak bertentangan dengan pandangan beberapa kelompok Islam yang lainnya.
Jika kita melihat perkembangan NU beberapa dekade terakhir, kita akan melihat bahhwa NU memang banyak berubah dibanding jaman awal didirikan. Dahulu NU dikenal sebagai organisasi Islam tradisional, kini NU mulai bertransformasi menjadi sebuah organisasi dengan pemikiran Islam modern. Banyaknya tokoh-tokoh NU yang mendapat pendidikan barat bisa menjadi alasan kenapa terjadi pergeseran pemikiran seperti ini. Maka tidak heran pemikiran-pemikiran seperti "interpretasi ulang Al Quran" yang merupakan pemikiran Islam modern bisa keluar dari tokoh-tokoh NU, organisasi seperti Muhammadiyah dan Persis yang pada zaman kolonial membuat banyak gebrakan pemikiran Islam Modern di Indonesia, bahkan kini kalah "modern" dengan NU. Sejak beberapa tahun terakhir juga aktivis muda NU yang diasosiasikan dengan kelompok "liberal" juga aktif mengelola media-media sosial NU walaupun bukan akun official, namun ini cukup untuk menghadirkan pemikiran NU modern ke dalam ranah online, yang sebelumnya belum tersentuh oleh NU.
Jika kita melihat perkembangan NU beberapa dekade terakhir, kita akan melihat bahhwa NU memang banyak berubah dibanding jaman awal didirikan. Dahulu NU dikenal sebagai organisasi Islam tradisional, kini NU mulai bertransformasi menjadi sebuah organisasi dengan pemikiran Islam modern. Banyaknya tokoh-tokoh NU yang mendapat pendidikan barat bisa menjadi alasan kenapa terjadi pergeseran pemikiran seperti ini. Maka tidak heran pemikiran-pemikiran seperti "interpretasi ulang Al Quran" yang merupakan pemikiran Islam modern bisa keluar dari tokoh-tokoh NU, organisasi seperti Muhammadiyah dan Persis yang pada zaman kolonial membuat banyak gebrakan pemikiran Islam Modern di Indonesia, bahkan kini kalah "modern" dengan NU. Sejak beberapa tahun terakhir juga aktivis muda NU yang diasosiasikan dengan kelompok "liberal" juga aktif mengelola media-media sosial NU walaupun bukan akun official, namun ini cukup untuk menghadirkan pemikiran NU modern ke dalam ranah online, yang sebelumnya belum tersentuh oleh NU.
Beberapa hal di atas membuat golongan Islam fundamentalis tidak suka dengan apa yang dilakukan NU. Dan inilah yang terjadi saat ini, di mana media sosial penuh dengan hate speech antar kedua golongan ini. Masing-masing golongan saling membela pendapatnya, juga saling mencaci lawannya. Tidak ada lagi objektivitas dalam menilai kebenaran di sini, yang ada hanya fanatisme buta terhadap golongan masing-masing.
Jangan Membenci NU!
Yang perlu kita pikirkan lagi adalah, perlukah semua ini. Perlukah kita menghabiskan energi kita untuk sebuah kebencian yang tidak perlu, lebih-lebih kepada sesama saudara muslim. Miris rasanya ketika melihat umat muslim saling membenci padalah sama-sama ingin membela Palestina hanya caranya yang berbeda, akhirnya sang penjajah lah yang tertawa melihat kebodohan kita. Yang paling diuntungkan dari semua kebencian ini adalah mereka yang benar-benar memusuhi Islam. Tidak kah cukup kisah Yahudi Madinah yang memecah belah suku Aus dan Khazraj agar kedua suku itu sibuk berperang dan hegemoni ekonomi Madinah tetap berada di tangan Yahudi?
Ada satu buku menarik yang ditulis oleh RAND Corporation sebuah organisasi riset yang berbasis di Amerika, buku itu berjudul "Civil Democratic Islam: Partners, Resources and Strategies" yang berisi strategi untuk mengubah Islam menjadi sesuai dengan nilai-nilai barat. Buku ini ditulis oleh RAND untuk para pembuat kebijakan di dunia barat untuk tahu caranya menghadapi umat Islam. Di dalam buku ini terdapat penjelasan isu-isu sensitif yang ada di dunia Islam, pembagian golongan umat islam, kekuatan dan kelemahan setiap golongan, strategi yang diajukan sampai hadist-hadist dan ayat quran yang bisa digunakan untuk kepentingan si pembuat strategi. Buku ini bisa digunakan siapa saja yang kepentingannya berbenturan dengan umat islam, zionis dengan kepentingan penjajahannya, penguasa dengan kepentingan kekuasaannya bahkan bukan tidak mungkin buku ini juga dipakai para musuh Islam yang memang ingin meredupkan cahaya Islam. Dan jika kita baca, memang banyak sekali kejadian saat ini yang sesuai dengan skenario pada buku tersebut.
Know your enemy and know yourself and you can fight a hundred battles without disaster. - Tzun Zu
Jadi jelas apa yang terjadi saat ini bahwa ada sebagian kelompok yang membenci NU, lalu sebagian pengikut NU juga membenci kelompok yang lain sudah tercatat dalam salah satu bab di buku tersebut yang berjudul "a proposed strategy". Termasuk di dalamnya adalah mengadu domba antar golongan umat Islam, antara kelompok modernis dengan fundamentalis, dengan cara, isu, hadist, ayat yang persis sama dengan apa yang kita alami sekarang. Maka malu lah kita jika teralu fanatik terhadap golongan kita sendiri dan merasa Islam nya paling benar, tapi ternyata kita sudah terperangkap dalam jebakan musuh Islam. Kebencian terhadap NU karena dinilai liberal tidak akan memberikan kemenangan, juga cacian terhadap mereka yang dinilai radikal dan fundamental juga tidak akan membawa kedamaian.
Mulailah untuk tidak terlalu reaktif terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, jangan mudah terprovokasi. Jadikanlah Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw sebenar-benarnya petunjuk bagi kita agar kita tidak tersesat di era penuh fitnah seperti sekarang ini.
Mulailah untuk tidak terlalu reaktif terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, jangan mudah terprovokasi. Jadikanlah Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw sebenar-benarnya petunjuk bagi kita agar kita tidak tersesat di era penuh fitnah seperti sekarang ini.
-Salah satu fitnah terbesar di zaman ini adalah perpecahan umat-